Jumat, 13 September 2013

Osteoporosis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Osteoporosis berarti tulang keropos, apapun penyebabnya, dan terjadi pada kebanyakan lansia. Pengurangan massa tulang akibat penuaan memang gejala biasa, namun menjadi penyakit bila massa tulang mencapai tingkat yang membuatnya mudah patah. Pada orang dewasa normal, tulang kuat dan hanya patah bila mengalami trauma berat, misalnya kecelakaan lalu lintas. Dengan bertambahnya usia dan penyakit tertentu tulang jadi lebih tipis dan rapuh, sehingga lebih mudah patah. Patahnya tulang karena kerapuhan merupakan pertanda osteoporosis yang sering terjadi pada pergelangan tangan, tulang belakang, dan tulang pinggul.
Resiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis meningkat tajam sejalan dengan usia. Pada umur 80 tahun, satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria beresiko mengalami patah tulang pinggul. Patah tulang belakang juga mengancam dengan jumlah serupa. Sejak usia 50 tahun, kemungkinan mengalami patah tulang bagi seseorang wanita adalah 40 persen, sedangkan pria sekitar 13 persen. Di inggris, setiap tahunnya ada sekitar 250.000 kasus patah tulang yang diakibatkan oleh osteoporosis, 60.000 diantaranya terjadi pada tulang pinggul dan 50.000 dipergelangan.
Walau paling sering menyerang wanita lansia, osteoporosis bisa pula menyerang pria dan bisa terjadi pada usia brerapapun. Frekuensi kejadian osteoporosis diberbagai belahan dunia berbeda, namun yang paling tinggi di Eropa Barat dan AS. Osteoporosis lebih banyak menyerang orang kulit putih dan orang kulit hitam.
Dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah lansia akan meningkat dramatis dalam 50 tahun kedepan. Hal ini akan membuat angka kasus patah tulang akibat osteoporosis menjadi dua kali lipat atau lebih. Penderitaan dan cacat yang disebabkam patah tulang akibat osteoporosis menjadi masalah kesehatan serius dalam populasi lansia didunia barat. Patah tulang akibat osteoporosis juga merupakan penyebab kematian penting bagi lansia, dan 15-20 persen penderita patah tulang pinggul meninggal dalam waktu enam bulan.
Biaya penanganan osteoporosis sangat besar. Di inggris, diperkirakan setiap tahunnya dihabiskan 950 juta untuk menangani pasien patah tulang akibat osteoporosis, dan biaya ini tampaknya akan meningkat tajam dengan meningkatnya jumlah lansia. Banyak orang tidak menyadari kalau masalah osteoporosis pada lansia atau penyakit keropos tulang merupakan pembunuh tersembunyi (silent killer). Penyakit ini hampir tidak menimbulkan gejala yang jelas, sering kali osteoporosis diketahui justru ketika sudah parah. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk pengobatan osteoporosis. Antara lain melalui terapi medis dangan menggunakan obat, terapi hormonal dan juga terapi alamiah. Namun, hal yang terpenting adalah upaya pencegahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah patah tulang benar-benar dapat mempengaruhi kehidupan seorang wanita. Hal ini dapat menyebabkan kecacatan, sakit, atau kehilangan kemerdekaan. Hal ini dapat membuat lebih sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, seperti berjalan. Hal ini dapat membuat sulit untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Hal ini juga dapat menyebabkan sakit punggung yang parah dan cacat.
Osteoporosis berasal dari  kata osteo dan porous, asteo artinya tulang dan porous berarti berlubang-lubang atauu keropos. jadi osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunanan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan  kerapuhan tualng. Tulang yang rapuh dan keropos ini mudah patah atau fraktur (fracture).  Masalah osteoporosis pada lansia ditandai oleh dua hal, yaitu pertama densitas (kepadatan) tulang berkurang, dan kedua kualitas tulang juga menurun
Osteoporosis atau yang lebih dikenal dengan istilah pengeroposan tulang, merupakan salah satu masalah kesehatan yang disebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen. Jika tidak secara dini diantisipasi, maka setelah 5 sampai dengan 10 tahun masa menopause banyak wanita akan mengalami pengeroposan tulang.
Secara ilmiah osteoporosis adalah penyakit rapuh tulang yang ditandai dengan hilangnya kepadatan tulang sehingga tulang mudah patah serta tidak tahan dengan benturan ringan. Sebenarnya osteoporosis tidak hanya menimpa kaum wanita saja, pria pun dapat mengalami penyusutan kepadatan tulang setelah mencapai usia tua. Akan tetapi wanita mempunyai peluang lebih besar dibanding pria, karena penyusutan tulang sangat banyak dipengaruhi oleh hormon estrogen.






Gbr. 1 Tulang normal dan osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikrostruktur jaringan tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang serta resiko terjadinya patah tulang. Sementara, kepadatan tulang turun seiring dengan bertambahnya usia, bahkan melebihi kecepatan siklus regenerasi tulang. Sedangkan pengeroposan tulang meningkat tajam setelah usia 50 tahununtuk perempuan dan 60 tahun untuk laki-laki.
Puncak massa tulang terjadi sejak umur 20-30 tahun. Artinya pada usia tersebut lebih banyak terjadi kerusakan tulang dibanding dengan pembentukannya. Sedangkan tulang yang berpotensi terkena osteoporosis, yaitu tulang punggung hingga tulang ekor, tulang paha, tulang lengan, tulang pergelangan tangan dan tulang rahang.
Proses menuju menopause terjadi ketika fungsi indung telur mengalami penurunan dalam memproduksi hormon. Pada saat mulai terjadi penurunan fungsi ini gejala-gejala menopause mungkin mulai terasa meskipun menstruasi tetap datang. Saat mulai nampak ada perubahan pada haid,misalnya menjadi lebih singkat atau lebih memanjang, atau banyaknya darah haid yang keluar tidak konsisten lagi dari bulan ke bulan.
Pada saat ini sebaiknya wanita lebih banyak mengonsumsi vitamin-vitamin dan zat kapur (kalsium) sebagai suplemen (tambahan) dan penyangga karena penurunan produksi hormon estrogen akan diikuti dengan meningkatnya kalsium yang terbuang dari tubuh seorang perempuan. Banyak wanita setelah meopause akan mengalami kerapuhan tulang. Hal ini disebabkan oleh faktor keturunan dan kekurangan salah satu zat gizi terutama kalsium yang berfungsi sebagai pembentuk tulang.










Gbr. 2 Orang tua yang osteoporosis

Osteoporosis identik dengan orangtua. Bukan berarti hanya mereka yang berusia > 40 tahun yang perlu waspada terhadap silent disease ini. Pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin. Pertumbuhan tulang yang optimal selama masa anak-anak dan remaja, dapat mencegah resiko osteoporosis dikemudian hari. Petumbuhan tulang paling optimal, terjadi pada awal masa remaja, yakni sekitar usia 10-14 tahun (anak perempuan) dan 12-16 tahun (anak laki-laki). Sekitar 45% massa tulang dewasa dibentuk pada masa remaja dan terus berjalan hingga usia 30-an. Peak bone mass (puncak massa tulang) terjadi di usia 25-30 tahun.











Gbr. 3 Tulang belakang

Sekitar 99% kalsium tubuh disimpan di tulang dan gigi. Pada masa puber, tulang tumbuh dengan cepat. Konsumsi kalsium di usia myda akan menentukan kekuatan tulang nantinya. Perlu diingat penyerapan kalsium hanya sekitar 30% dari konsumsi kalsium. Penyerapan kalsium maksimal bisa didapat dengan konsumsi 1.200-1.500 mg kalsium/hari. Jika berlebihan hampir semua kelebihannya akan dibuang. Sebaliknya, jika kurang tulang tidak akan menerima cukup kalsium yang dibutuhkan sehingga puncak massa tulang tidak tercapai.
A.      Gejala Osteoporosis
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa penderita tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalamri kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba  dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung. Yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapatulang belakang hancu, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk dowager), yang menyebabakan ketegangan otot dan sakit.
Tulang lainya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) didaerah bersambungnya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara per  lahan.
B.       Klasifikasi osteoporosis
Osteoporosis dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab penyakit atau keadaan dasarnya:
1.      Osteoporosis postmenopausal
Terjadi karena kekurangan esterogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur penggangkutan kalsium kedalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.
2.      Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.
3.      Osteoporosis sekunder
Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal.
4.      Osteoporosis juvenil idiopatik
Merupakan jens osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.



Banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang terkena penyakit osteoporosis di usia lanjut. Osteoporosis juga disebabkan oleh banyak faktor yaitu :
a.    Faktor usia. Wanita yang sudah menopause lebih berpotensi  terserang osteoporosis. Ini disebabkan karena pada wanita menopause produksi hormon estrogen akan berkurang sehingga berakibat pada penurunan fungsi faktor pembentukan tulang.
b.    Konsumsi obat-obatan yang mengandung kortikosteroid dalam jangka lama, misalnya obat asma, lupus .
c.    Gaya hidup yang kurang sehat, antara lain merokok dan minum-minuman beralkohol.
d.   Kurang asupan kalsium.
e.    Kurang latihan fisik dan aktivitas.
f.     Haid tidak teratur atau lama tidak haid.
g.    Kurang paparan sinar matahari. Cukup paparan sinar matahari selama 30 menit, yaitu sebelum jam 9 pagi dan sesudah jam 4 sore bisa menghindarkan serangan osteoporisis.




Penyebab Osteoporosis
Gbr. 4 orang tua osteoporosis
Normalnya osteoporosis terjadi pada wanita pasca menopause atau pada pria usia lanjut. Ini disebut osteoporosis primer. Ada juga osteoporisis sekunder, yakni karena penyakit. Misalnya menopause dini, gangguan
fungsi hati, ginjal, hematologi, kelainan endokrin, dan saluran pencernaan. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas).Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroidyang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya   tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang ( Junaidi, 2007).
Gbr. 5 Tulang normal dan tulang osteoporosis
Gaya hidup juga dapat menjadi faktor resiko terhadap terjadinya osteoporosis. Antara lain merokok, banyak mengandung kafein (kopi) dan alkohol, kurang terpapar sinar matahari sehngga mengalami defisiensi vitamin D, dan malas bergerak. Semua ini sebenarnya dapat dihindari.
Rokok diketahui sebagai faktor resiko osteoporosis sejak 20 tahun lalu. Berbagai studi menunjukkan merokok meningkatkan resiko fraktur (patah tulang). Ditemukan bahwa makin lama dan makin banyak seseorang merokok, resiko fraktur menjadi semakin besar. Perokok yang mengalami fraktur, biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Menjadi perokok pasif di usia muda, dapat meningkatkan resiko rendahnya massa tulang. Berhenti merokok akan mengurangi resiko seseorang mengalami massa tulang rendah dan fraktur.
Dampak rokok terhadap kesehatan tulang belum diketahui pasti apakah penurunan massa tulang memang disebabkan oleh rokok, atau oleh faktor resiko lain. Misalnya secara umum tubuh para perokok  cenderung lebih kurus. Berat badan ringan adalah salah satu faktor resiko massa resiko massa tulang rendah. Perokok juga cenderung lebih akrab terhadap alkohol, kurang aktif dan memiliki pola makan yang kurang baik. Dan wanita perokok umumnya memiliki kadar estrogen lenih rendah, dan cenderung lebih cepat mengalami menopause. Namun, beberapa literatur menyebutkan bahwa merokok dapat mengurangi penyerapan kalsium oleh tubuh.
Konsumsi kafein dan alkohol berlebihan juga meningkatkan resiko osteoporosis. Tak lain karena kedua jenis minuman ini mengurangi kemampuan tubuh menyerap kalsium dan menghambat osteoblast (pembentukan tulang). Air seni peminum kafein mengandung lebih banyak kalsium. Ini berarti banyak kalsium yang dibuang dari dalam tubuh sehingga, tentunya tabungan tulang akan menipis.
Cara terbaik tentu saja menghindari semua faktor resiko yang dapat dihindari. Paling tidak meminimalkan. Jika belum bisa berhenti merokok, maka pastikankita dapat mencukupi kebutuhan kalsium harian sesuai usia. Bagi peminum kopi/alkohol, hindari mengonsumsinya bersamaan/berdekatan dengan mengonsumsi makanan berkalsium : beri jarak1-2 jam. Usahakan berjemur dibawah sinar matahari pagi, cukup 10-15 menit setiap hari. Tidak kalah penting, jangan malas bergerak. Olahraga ringan seperti berjalan kaki selama 15-30 menit, 3-5 kali/minggu, terbukti dapat menguatkan tulang.
Cara mengukur massa tulang
            Pengukuran massa tulang biasanya dilakukan pada tulang yang kemungkinan patah, seperti tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan. Alasan pengukuran massa tulang adalah untuk memberi informasi kemungkinan patah tulang.
            Ada beberapa cara untuk mengukur massa tulang, namun yang paling sering digunakan adalah DXA ( dual energy X-ray absorbtiometri). Metode ini mengukur massa tulang dipinggul, pergelangan tangan, tulang belakang, atau seluruh rangka dan sering disebut scan tulang. Nilai massa tulang yang didapat dari pengukuran ini disebut kerapatan mineral tulang. (BMD=bone mineral density), sedangkannam umum untuk pengukuran tulang adalah densitometri tulang. Mesinscan terbaru bisa melakukan scan scan tulang dalam beberapa menit, sementara model sebelumnyamemerlukan waktu 20-30 menit, walaupun pengukuran menggunakan sinar-X, tingkat radiasinya sangat kecil dari tingkat radiasi alami. Karenanya pengukuran bisa dilakukan pada anak-anak dan ibu  hamil, serta bisa diulang bila diperlukan.
            Untuk mengukur massa tulang dengan scan tulang, pasien perlu berbaring. Sebuah bantal diletakkan dibawah paha agar tulang belakang bagian bawah berada dalam posisi selurus mungkin selama pengukuran. Batang logam tipis tipis bergerak dari atas kebawah pada daerah yang diukur dan pasien tidak perlu masuk kedalam tabung, seperti pada mesin scan lain. Pasien tidak perlu menanggalkan baju, hanya saja pakaian yang mengandung logam perlu ditanggalkan sebelum pengukuran. Selain itu tidak perlu penyuntikan atau prosedur lain yang menyusahkan.
          Massa tulang juga bisa diukur dengan gelombang ultrasonik, caranya disebut peredaman gelombang ultrasonik (BUA = broadband ultrasound attenuation). Cara ini biasa digunakan untuk mengukur tulang tumit (tulan kalkanews), dan biasanya kaki direndam dalam air. Cara ini tidak menggunakan radiasi, oleh karena itu sangat aman. Namun cara ini belum banyak diuji seperti DXA dan para ahli berpendapat bahwa cara ini perlu diuji lebih lanjut sebelum digunakan secara klinis.
D.  Stadium Osteoporosis
1.         Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.
2.         Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia).
3.         Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan  sentuhan atau benturan ringan.
4.         Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi (Waluyo, 2009).



E.       Faktor Resiko Osteoporosis
Osteoporosis dapat menyerang setiap orang dengan faktor risiko yang berbeda.  Faktor risiko Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak  dapat dikendalikan dan yang dapat dikendalikan. Berikut ini faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dikendalikan:
1.    Jenis kelamin
Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar  dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
2.    Usia
Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara  alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium
3.    Ras
Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis.  Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.
4.         Pigmentasi dan tempat tinggal
Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.
5.         Riwayat keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena  osteoporosis.
6.         Sosok tubuh
Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena  osteoporosis dibanding yang bertubuh besar.
7.         Menopause
Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh  tidak lagi memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk  pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena osteoporosis.
F.       Pencegahan osteoporosis
Pencegahan pada osteoporosis tentu saja ialah menghindari faktor resiko atau penyebabnya. Disamping itu, kita perlu melakukan hal-hal yang dapat memperkecil volume terjadinya serangan osteoporosis sebagaimana berikut :
1.  Konsumsi kalsium yang cukup
Untuk mencukup kebutuhan kalsium, perlu perhatikan produk pangan yang disantap. Salah satu sumber kalsium yang cukup baik adalah susu. Dua gelas susu sehari sudah dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Sumber kalsium lainnya adalah ikan (terutama yang dimakan beserta tulangnya), daging, unggas, telur, ayam, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan.







2. Berhati-hati menggunakan obat
Beberapa jenis obat ternyata dapat mengganggu kinerja tulang. Salah satu contohnya adalah obat kortikosteroid yang dapat menekan kerja hormon pembentukan tulang. Contoh lain adalah antasida, obat pencahar, cholestiramine, obat diuretik, anti gout dan beberapa jenis obat anti rematik. Obat-obatan tersebut memiliki efek mengganggu penyerapan kalsium.
Obat antasida yang umum dikenal sebagai obat anti sakit maag dapat menghambat penyerapan kalsium. Penghambatan dipicu oleh magnesium dan alumunium hidroksida yang mampu mengikat kalsium dan mengubahnya menjadi bentukan baru yang sulit diserap. Obat cholesteramine yang lazim digunakan untuk mengikat asam empedu agar terjadi penurunan kolesterol darah juga dapat menurunkan kadar kalsium tubuh akibat pembuangan melalui urine.
3. Batasi Konsumsi Garam
Garam dapur (NaCl) terdiri dari unsur natrium (Na) dan klorida (Cl). Konsumsi natrium (sodium) yang berlebih, baik yang berasal dari garam dapur maupun monosodium glutamat (MSG) dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. Selain memiliki efek hipertensi, natrium juga berpotensi untuk menghilangkan kalsium dari tubuh. Natrium akan mengeluarkan kalsium dari tubuh. Natrium akan mengeluarkan kalsium melalui urine. Cara menghindari kehilangan kalsium akibat natrium adalah dengan membatasi konsumsinya. Sebaiknya hindari makanan-makanan tinggi natrium dan makanan awetan yang menggunakan garam sebagai pengawet.
4. Cukupi Konsumsi Vitamin D
Vitamin D diketahui mampu memelihara kesehatan tulang dengan cara meningkatkan penyerapan kalsium dan sistem pencernaan, serta mengurangi pembuangannya dari ginjal.

5. Aktif  Berolahraga
Penurunan aktivitas fisik pada usia lanjut dapat menurunkan massa tulang. Oleh karena itu, olahraga aktif secara rutin merupakan bentuk antisipasi terhadap penurunan massa tulang. Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah  sebagai berikut:
1.         Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada  tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik dan joging.
2.         Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepan dengan punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera  ruas tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan  lain-lain.
3.         Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang panggul dalam kondisi lemah.
Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakuka n oleh penderita osteoporosis :
1.         Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50  menit, lima kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan  kekuatan tulang. Jalan kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.
2.         Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat ”dumbble” kecil untuk menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.
3.         Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.
4.         Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk dikursi, dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat punggung.
Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan  fisik yang bersifat pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi  terjadi osteoporosis dan  patah tulang. Jangan lakukan senam segera sesudah makan.  Beri waktu kira- kira 1 jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam. Dianjurkan untuk berlatih senam tiga kali seminggu, minimal 20 menit dan maksimal 60 menit. Sebaiknya senam dikombinasikan dengan olahraga jalan secara bergantian, misalnya hari pertama senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam,  hari keempat jalan kaki, hari kelima senam, hari keenam dan hari ketujuh istirahat. Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah dan aman, serta  sangat bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkahkan salah satu kaki kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan kaki 20-30 menit, paling sedikit tiga kali seminggu.dianjurkan berjalan lebih cepat dari biasa, disertai ayunan lengan. Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk:
1.      Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingga mencegah terjadinya cedera.
2.      Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit.
3.      Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan,
4.      Menimbulkan rasa santai.
Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5  menit. Latihan peregangan akan menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi.  Latihan ini dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai menyebabkan  cedera. Biasanya dimulai dengan  peregangan otot-otot lengan, dada, punggung,  tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak yang bersifat  ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat.
Utamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami  osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang pergelangan tangan.Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai dengan beban ringan untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah cukup memdai dengan beban dari tubuh itu sendiri.
Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan  peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil  napas dan buang napas secara teratur. Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit.  Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman, rileks dan napas yang teratur (Santoso, 2009).
5.            Bantu Dengan Obat
Jenis obat ini diantaranya adalah estrogen, kalsitonin, biophosphonat, dan tetsosteron. Estrogen merupakan hormon yang menurunkan jumlahnya dalam tubuh apabila wanita mengalami menopause.
G.           Pengobatan osteoporosis
Terapi dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang untuk mengurangi retak tambahan dan mengontrol rasa sakit. Untuk terapi dan pengobatan osteoporosis sebenarnya memerlukan suatu tim yang terdiri dari multidisipliner minimal antara lain departemen bedah, departemen penyakit dalam, departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri dan ginekologi, departemen farmakologi.
Penyakit osteoporosis selain mempengaruhi tubuh, juga mempengaruhi kondisi psikis penderitanya terutama akibat patah tulang sehingga terapi dan pengobatan osteoporosis pun melibatkan spesialis kejiwaan. Tidak hanya itu, departemen kedokteran olahraga juga diperlukan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis.
Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).
Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus dijaga sejak masih muda agar saat tuanya tidak menderita osteoporosis.
Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat (golongan bifosfonat) yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik. Penjepit punggung mungkin penting untuk mendukung vertebra yang lemah dan operasi dapat memperbaiki bweberapa keretakan. Pengobatan hormonal dan flouride dapat membantu. Penyakit osteoporosis yang disebabkan oleh gangguan lain dapat dicegah melalui pengobatan yang efektif pada gangguan dasarnya, seperti terapi kortikosteroid.
H.      Pilihan obat osteoporosis
            Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat kecepatan penghilang tulang.
1)    Golongan bifosfonat
Biofosfonat oral untuk osteoporosis pada wanita postmenopause khususnya, harus diminum satu kali seminggu atau satu kali sebulan pertama kali dipagi hari dengan kondisi perut kosong untuk mencegah interaksi dengan makanan. Golongan biofosfonat adalah riserdronate, alendronate, pamidronate, clodronate, zoledronate, (zoledronate acid), asam ibandronate.
Alendronat berfungsi mengurangi kecepatan penyeraan tulang pada wanita pasca menopause, meningkatkan massa tulang ditulang belakang dan tulang panggul, dan mengurangi angka kejadian patah tulang.
2)        Selective esterogen receptor modulator (SERM)
Obat ini berkhasiat meningkatkan massa tulang tetapi tidak memiliki efek negatif dari esterogen, obat golongan SERM adalah raloxifene.
3)        Metabolit vitamin D yaitu kalsitrioldan alpha kalsidol
Metabolit ini mampu mengurangi resiko patah tulang akibat osteoporosis.
4)        Kalsitonin
Obat ini bisa diberikan dalam benik suntikan atau semprot hidung. Dosis rekomendasinya adalah 100 UI sehari, di campur dengan 600 mg kalsium dan 400 UI vitamin D

5)        Strontium ranelate
Strontium ranelate meningkatkan pembentukan tulang seperti prekursor osteoblas dan pembuatan kolagen, menurunkan reseptor tulang dengan menurunkan aktifitas osteoklas.
I.     Latihan fisik mencegah dan mengobati osteoporosis
Pada osteoporosis, latihan jasmani dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis. Latihan menggunakan beban berguna untuk melenturkan dan menguatkan tulang. Latihan jasmani sebaiknya dilakukan sejak muda dan terus dilanjutkan sampai tua.
Latihan yang artinya mengukur jumlah detak jantung per menit  untuk mengetahui intensitas latihan. Detak jantung  per menit maksimum adalah 220 di kurangi  usia. Satu hal yang tidak kalah penting adalah latihan yang teratur dan berkesinambungan dari anak-anak sampai tua.
Persekutuan osteoporosis indonesia  (PEROSI) bersama Persatuan Warga Tulang Indonesia(PERWATUSI) telah mengembangkan senem osteoporosis yang untuk mencegah dan mengobati osteoporosis. Sosialisasi mengenai senam osteoporosis ini pun sedang dilakukan.
J.Sediaan obat-obat osteoporosis
1.    OSTEOFLAM
Komposisi :
Tiap tablet salut mengandung:
Glukosamin HCL               250 mg
Kondroitin                          200 mg
Vitamin C                           25 mg
Mangnesium                       5 mg
Zink                                    2,5 mg
Mangan                              0,25 mg
MSM                                  350 mg
Khasiat dan kegunaan:
Memelihara kesehatan fungsi persendian.
Takaran pemakaian:
Berat badan diatas 55 kg: sehari 3x2 kaplet salut selaput
Berat badan dibawah 55kg: sehari 3x1 kaplet salut selaput
2.    OSTELA
Komposisi:
Tiap kapsul mengandung:
Glukosamin HCL               250 mg
Kondroitin                          200 mg
Vitamin C                           25 mg
Mangnesium                       5 mg
Zink                                    2,5 mg
Mangan                              0,25 mg
Khasiat: Memelihara kesehatan fungsi persendian
Cara pemakaian:
Berat badan <55 kg : Sehari 3 kali 1 kapsul
Berat badan >55 kg : Sehari 3 kali 2 kapsul
3.    OSTEOR PLUS
Komposisi :
Tiap tablet salut mengandung :
Glukosamin SO4                 500 mg
Kondroitin SO4                   400 mg
Vitamin C                             50 mg
Magnesium                            10 mg
Zink                                       5 mg
Mangan                                  0,5
Selenium                                10 mcg
MSM                                      350 mg
Kegunaan :
Memelihara fungsi persendian
Dosis :
Dewasa , 1 kaplet 2-3 kali sehari
4. CALCIT
    Komposisi :
    Calcit 0,25 mcg
    Indikasi :
a)  Osteoporosi pasca monopause
b)Osteodostrofi ginjal pada penderita gagal ginjal kronis
c) Hipoparatiroit idiopatik
d)     Rakhitis karena defisiensi Vitamin D
Dosis :
Dosis optimal per hari calcite harus di tentukan dengan hati – hati untuk setiap pasien berdasarkan kadar kalsium di dalam serum. Pengobatan dengan calcite harus di mulai dengan dosis kecil.
Osteoporosis pasca monopause :
Dosis: 2 x 0,25 mcg/ hari
Kalsium serum dan nilai kreatinin harus di periksa setelah penggunaan 4 minggu 3 bulan, 6 bulan, dan setelah itu setiap 6 bulan sekali.
Osteodistrofi ginjal :
Dosis awal : 2 x 0,25 mcg/ hari
Pada pasien dengan kadar serum normal atau sedikit menurun, dosis 0,25mcg setiap 2 hari sekali adalah memedai. Jika tidak ada respon yang memuaskan pada parameter biokimia dan manifestasi klinik dari penyakit yang di amati selam 2 – 4 minggu, dosis dapat dinaikan 0,25mcg/hari pada interval 2 – 4 minggu.selama periode ini kadar kalsium serum harus diperiksa minimal 2x/ minggu.

5  CALPOROSIS D 500
   Komposisi :
   Calcium carbonate           500 mg
   Vitamin D                       100 iu
    Indikasi :
1.      Pencegahan dan pengobatan gangguan metabolisme atau defisiensi kalsium rickets, osteomalasia karena malabsorpsi, osteoporosis
2.      Menunjang kesehatan tulang dan gigi
3.      Pencegahan pengobatan difisiensi kalsium dan Vitamin D hamil dan laktasi
Dosis :
  Dewasa 1 x sehari 1 kaplet
  Anak usia lebih dari 6 tahun 1 x sehari ­1/2  kaplet
6.    OSTOVEL ( Novel pharma )
 Komposisi :
 Kalsitriol               0,25mcg
 Indikasi :
Osteoporos  is pasca monopause, osteopdistropik ginjal pada pasien dengan gagal ginjal kronis, hipoparatiroidism, riketsia yang tergantung pada Vitamin D
Dosis :
Osteoporosis pasca monopause 0,25mcg/ hari, osteodistrofi ginjal pada pasien dialysis awal 0,25mcg/hari dapat di tingkatkan sebesar 0,25mcg dengan interval 2 – 4 minggu, hioparatiroidisme dan ricketsia: awal 0,25 – 0,75mcg/ hari



7      ALEXANOL
Komposisi:
 Natrium alendronat               10 mg
 Indikasi:
 Osteoporosis pada pasca monopause
 Dosis :
1.    Tablet ( 10mg ) sekali sehari. Diminum dengan segelas penuh air putih minimal setengah jam sebelum makan dan tetap dalam posisi duduk tegak minimal 30 menit.

Penggolongan Obat Analgetik Dan anti-inflamasi Non Steroid
1.    Paracetamol
2.    Salisilat : Asetosal, Salisilamida, dan Natrii salisilat
3.    Derivat Para- Amino-Fenol : Fenasetin, Asetaminofen
4.    Derivat Pirazolon : Aminofenazon, Dipiron, Fenilbutazon, Dan Turunan- turunannya
5.    Derivat Antranilat : Glafenin, Asam mefenaminat
6.    Penghambat Prostaglandin ( NSAIDs ) : Ibuprofen, piroksikam 10 mg dan 20 mg, meloksikam 7,5 daan 15 mg.

Efek – efek Samping Umum :
1.      Kerusakan lambung usus ( golongan. Salisilat dan P- aminofilin )
2.      Kerusakan darah seperti leucopenia, agranulositosis, ( gol. Salisilat, P- aminofenol, pirazolon, dan antranilat )
3.      Kerusakan hati dan ginjal ( khusus derivate P- aminofenol )





DAFTAR PUSTAKA

1.    Tandi Joni, 2010. Farmasi Klinik 1.STIFA, Palu. Hal 258, 260,261,270
2.    Lane Nancy E, 2001. OSTEOPOROSIS. Oxford University Press, Jakarta. Hal 3, 17, 25
3.    Tandra Hans, 2009. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang Osteoporosis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 27, 34, 35,
4.    Knight, Alexander. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai Osteoporosis dan Osteopenia. Indeks. Jakarta. Hal 10, 14, 15, 16
5.    Anonym, 2011.materi kuliah farmakoterapi dasar. STIFA-PM. Palu
6.    Anonim, 2006. ISO Indonesia. Volume 41. ISFI. Jakarta
7.    Harkness, Richard, 1989. Interaksi obat. Penerbit ITB. Bandung.
8.    Anonim. 2008. Sehat dan Positif Untuk Osteoporosis. Balai Kesehatan Bakti Husada. Jakarta.
9.    Compston juliet, 2002. Seri kesehatan bimbingan dokter osteoporosis. Dian rakyat. Jakarta.
10.     Tjay Hoan Tan, kirana Raharja, 2006. Obat-obat penting. Edisi VI.PT Elex Medium Komputindo, gramedia. Jakarta.