BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Osteoporosis berarti tulang
keropos, apapun penyebabnya, dan terjadi pada kebanyakan lansia. Pengurangan
massa tulang akibat penuaan memang gejala biasa, namun menjadi penyakit bila
massa tulang mencapai tingkat yang membuatnya mudah patah. Pada orang dewasa
normal, tulang kuat dan hanya patah bila mengalami trauma berat, misalnya
kecelakaan lalu lintas. Dengan bertambahnya usia dan penyakit tertentu tulang
jadi lebih tipis dan rapuh, sehingga lebih mudah patah. Patahnya tulang karena
kerapuhan merupakan pertanda osteoporosis yang sering terjadi pada pergelangan
tangan, tulang belakang, dan tulang pinggul.
Resiko
mengalami patah tulang akibat osteoporosis meningkat tajam sejalan dengan usia.
Pada umur 80 tahun, satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria beresiko
mengalami patah tulang pinggul. Patah tulang belakang juga mengancam dengan
jumlah serupa. Sejak usia 50 tahun, kemungkinan mengalami patah tulang bagi
seseorang wanita adalah 40 persen, sedangkan pria sekitar 13 persen. Di
inggris, setiap tahunnya ada sekitar 250.000 kasus patah tulang yang
diakibatkan oleh osteoporosis, 60.000 diantaranya terjadi pada tulang pinggul
dan 50.000 dipergelangan.
Walau paling
sering menyerang wanita lansia, osteoporosis bisa pula menyerang pria dan bisa
terjadi pada usia brerapapun. Frekuensi kejadian osteoporosis diberbagai
belahan dunia berbeda, namun yang paling tinggi di Eropa Barat dan AS.
Osteoporosis lebih banyak menyerang orang kulit putih dan orang kulit hitam.
Dengan
meningkatnya usia harapan hidup, jumlah lansia akan meningkat dramatis dalam 50
tahun kedepan. Hal ini akan membuat angka kasus patah tulang akibat
osteoporosis menjadi dua kali lipat atau lebih. Penderitaan dan
cacat yang disebabkam patah tulang akibat osteoporosis menjadi masalah
kesehatan serius dalam populasi lansia didunia barat. Patah tulang akibat
osteoporosis juga merupakan penyebab kematian penting bagi lansia, dan 15-20
persen penderita patah tulang pinggul meninggal dalam waktu enam bulan.
Biaya
penanganan osteoporosis sangat besar. Di inggris, diperkirakan setiap tahunnya
dihabiskan 950 juta untuk menangani pasien patah tulang akibat osteoporosis,
dan biaya ini tampaknya akan meningkat tajam dengan meningkatnya jumlah lansia. Banyak orang
tidak menyadari kalau masalah osteoporosis pada lansia atau penyakit keropos
tulang merupakan pembunuh tersembunyi (silent killer). Penyakit ini hampir
tidak menimbulkan gejala yang jelas, sering kali osteoporosis diketahui justru
ketika sudah parah. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk pengobatan
osteoporosis. Antara lain melalui terapi medis dangan menggunakan obat, terapi
hormonal dan juga terapi alamiah. Namun, hal yang terpenting adalah upaya
pencegahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebuah patah tulang
benar-benar dapat mempengaruhi kehidupan seorang wanita. Hal ini dapat
menyebabkan kecacatan, sakit, atau kehilangan kemerdekaan. Hal ini dapat
membuat lebih sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan,
seperti berjalan. Hal ini dapat membuat sulit untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosial. Hal ini juga dapat menyebabkan sakit punggung yang parah dan
cacat.
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, asteo
artinya tulang dan porous berarti berlubang-lubang atauu keropos. jadi
osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat
khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur
tulang dan penurunanan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tualng. Tulang yang rapuh dan keropos ini mudah patah atau fraktur
(fracture). Masalah osteoporosis
pada lansia ditandai oleh dua hal, yaitu pertama densitas (kepadatan) tulang
berkurang, dan kedua kualitas tulang juga menurun
Osteoporosis atau yang lebih
dikenal dengan istilah pengeroposan tulang, merupakan salah satu masalah
kesehatan yang disebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen. Jika tidak secara dini
diantisipasi, maka setelah 5 sampai dengan 10 tahun masa menopause banyak
wanita akan mengalami pengeroposan tulang.
Gbr. 1 Tulang normal dan osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya
massa tulang dan adanya perubahan mikrostruktur jaringan tulang yang berakibat
menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang serta resiko
terjadinya patah tulang.
Sementara, kepadatan tulang turun seiring dengan bertambahnya usia, bahkan
melebihi kecepatan siklus regenerasi tulang. Sedangkan pengeroposan tulang
meningkat tajam setelah usia 50 tahununtuk perempuan dan 60 tahun untuk
laki-laki.
Puncak
massa tulang terjadi sejak umur 20-30 tahun. Artinya pada usia tersebut lebih
banyak terjadi kerusakan tulang dibanding dengan pembentukannya. Sedangkan
tulang yang berpotensi terkena osteoporosis, yaitu tulang punggung hingga
tulang ekor, tulang paha, tulang lengan, tulang pergelangan tangan dan tulang
rahang.
Proses
menuju menopause terjadi ketika fungsi indung telur mengalami penurunan dalam memproduksi
hormon. Pada saat mulai terjadi penurunan fungsi ini gejala-gejala menopause
mungkin mulai terasa meskipun menstruasi tetap datang. Saat mulai nampak ada
perubahan pada haid,misalnya menjadi lebih singkat atau lebih memanjang, atau
banyaknya darah haid yang keluar tidak konsisten lagi dari bulan ke bulan.
Pada saat
ini sebaiknya wanita lebih banyak mengonsumsi vitamin-vitamin dan zat kapur
(kalsium) sebagai suplemen (tambahan) dan penyangga karena penurunan produksi
hormon estrogen akan diikuti dengan meningkatnya kalsium yang terbuang dari
tubuh seorang perempuan. Banyak wanita setelah meopause akan mengalami
kerapuhan tulang. Hal ini disebabkan oleh faktor keturunan dan kekurangan salah
satu zat gizi terutama kalsium yang berfungsi sebagai pembentuk tulang.
Gbr. 2 Orang tua yang osteoporosis
Osteoporosis identik dengan orangtua. Bukan berarti hanya
mereka yang berusia > 40 tahun yang perlu waspada terhadap silent disease ini.
Pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin. Pertumbuhan tulang yang optimal
selama masa anak-anak dan remaja, dapat mencegah resiko osteoporosis dikemudian
hari. Petumbuhan tulang paling optimal, terjadi pada awal masa remaja, yakni
sekitar usia 10-14 tahun (anak perempuan) dan 12-16 tahun (anak laki-laki).
Sekitar 45% massa tulang dewasa dibentuk pada masa remaja dan terus berjalan
hingga usia 30-an. Peak bone mass (puncak massa tulang) terjadi di usia 25-30
tahun.
Gbr. 3 Tulang belakang
Sekitar 99% kalsium tubuh disimpan di tulang dan gigi. Pada
masa puber, tulang tumbuh dengan cepat. Konsumsi kalsium di usia myda akan
menentukan kekuatan tulang nantinya. Perlu diingat penyerapan kalsium hanya
sekitar 30% dari konsumsi kalsium. Penyerapan kalsium maksimal bisa didapat
dengan konsumsi 1.200-1.500 mg kalsium/hari. Jika berlebihan hampir semua
kelebihannya akan dibuang. Sebaliknya, jika kurang tulang tidak akan menerima
cukup kalsium yang dibutuhkan sehingga puncak massa tulang tidak tercapai.
A. Gejala Osteoporosis
Kepadatan
tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis
senilis), sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Beberapa
penderita tidak memiliki gejala. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga
tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan
bentuk.
Kolaps tulang
belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa
mengalamri kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri
timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di
daerah tertentu dari punggung. Yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri
atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi
biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu
atau beberapa bulan. Jika beberapatulang belakang hancu, maka akan terbentuk
kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk dowager), yang
menyebabakan ketegangan otot dan sakit.
Tulang lainya
bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena
jatuh. Yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) didaerah
bersambungnya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain
itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara per lahan.
B. Klasifikasi osteoporosis
Osteoporosis dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab
penyakit atau keadaan dasarnya:
1. Osteoporosis
postmenopausal
Terjadi karena
kekurangan esterogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur penggangkutan
kalsium kedalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala
timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul
lebih cepat ataupun lebih lambat.
2.
Osteoporosis senilis
Kemungkinan
merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidak seimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang
yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.
3.
Osteoporosis sekunder
Dialami kurang
dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau
oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronis dan kelainan hormonal.
4.
Osteoporosis juvenil idiopatik
Merupakan jens
osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar
vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya
tulang.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan
seseorang terkena penyakit osteoporosis di usia lanjut. Osteoporosis juga
disebabkan oleh banyak faktor yaitu :
a.
Faktor
usia. Wanita yang sudah menopause lebih berpotensi terserang
osteoporosis. Ini disebabkan karena pada wanita menopause produksi hormon
estrogen akan berkurang sehingga berakibat pada penurunan fungsi faktor
pembentukan tulang.
b.
Konsumsi
obat-obatan yang mengandung kortikosteroid dalam jangka lama, misalnya obat
asma, lupus .
c.
Gaya
hidup yang kurang sehat, antara lain merokok dan minum-minuman beralkohol.
d.
Kurang
asupan kalsium.
e.
Kurang
latihan fisik dan aktivitas.
f.
Haid
tidak teratur atau lama tidak haid.
g.
Kurang
paparan sinar matahari. Cukup paparan sinar matahari selama 30 menit, yaitu
sebelum jam 9 pagi dan sesudah jam 4 sore bisa menghindarkan serangan
osteoporisis.
Penyebab Osteoporosis
Gbr. 4 orang tua osteoporosis
|
fungsi hati, ginjal, hematologi,
kelainan endokrin, dan saluran pencernaan. Osteoporosis pascamenopause terjadi
karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan
yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih
lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause
dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya
massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari
kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara
kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan
pembentukan tulang baru (osteoblas).Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang
berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering
kali menderita osteoporosis senilis dan
pasca menopause.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami
osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal
(terutama tiroid,paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya
kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroidyang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang ( Junaidi, 2007).
Gbr. 5 Tulang normal dan tulang osteoporosis
Gaya hidup juga dapat menjadi faktor resiko terhadap
terjadinya osteoporosis. Antara lain merokok, banyak mengandung kafein (kopi)
dan alkohol, kurang terpapar sinar matahari sehngga mengalami defisiensi
vitamin D, dan malas bergerak. Semua ini sebenarnya dapat dihindari.
Rokok diketahui sebagai faktor resiko osteoporosis sejak 20
tahun lalu. Berbagai studi menunjukkan merokok meningkatkan resiko fraktur
(patah tulang). Ditemukan bahwa makin
lama dan makin banyak seseorang merokok, resiko fraktur menjadi semakin besar.
Perokok yang mengalami fraktur, biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk
pulih. Menjadi perokok pasif di usia muda, dapat meningkatkan resiko
rendahnya massa tulang. Berhenti merokok akan mengurangi resiko seseorang
mengalami massa tulang rendah dan fraktur.
Dampak rokok terhadap kesehatan tulang belum diketahui pasti
apakah penurunan massa tulang memang disebabkan oleh rokok, atau oleh faktor
resiko lain. Misalnya secara umum tubuh para perokok cenderung lebih kurus.
Berat badan ringan adalah salah satu faktor resiko massa resiko massa tulang
rendah. Perokok juga cenderung lebih akrab terhadap alkohol, kurang aktif dan
memiliki pola makan yang kurang baik. Dan wanita perokok umumnya memiliki kadar
estrogen lenih rendah, dan cenderung lebih cepat mengalami menopause. Namun,
beberapa literatur menyebutkan bahwa merokok dapat mengurangi penyerapan
kalsium oleh tubuh.
Konsumsi kafein dan alkohol berlebihan juga meningkatkan
resiko osteoporosis. Tak lain karena kedua jenis minuman ini mengurangi
kemampuan tubuh menyerap kalsium dan menghambat osteoblast (pembentukan
tulang). Air seni peminum kafein mengandung lebih banyak kalsium. Ini berarti
banyak kalsium yang dibuang dari dalam tubuh sehingga, tentunya tabungan tulang
akan menipis.
Cara terbaik tentu saja menghindari semua faktor resiko yang
dapat dihindari. Paling tidak meminimalkan. Jika belum bisa berhenti merokok,
maka pastikankita dapat mencukupi kebutuhan kalsium harian sesuai usia. Bagi
peminum kopi/alkohol, hindari mengonsumsinya bersamaan/berdekatan dengan
mengonsumsi makanan berkalsium : beri jarak1-2 jam. Usahakan berjemur dibawah
sinar matahari pagi,
cukup 10-15 menit setiap hari. Tidak
kalah penting, jangan malas bergerak. Olahraga ringan seperti berjalan kaki
selama 15-30 menit, 3-5 kali/minggu, terbukti dapat menguatkan tulang.
Cara mengukur
massa tulang
Pengukuran
massa tulang biasanya dilakukan pada tulang yang kemungkinan patah, seperti
tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan. Alasan pengukuran massa
tulang adalah untuk memberi informasi kemungkinan patah tulang.
Ada
beberapa cara untuk mengukur massa tulang, namun yang paling sering digunakan
adalah DXA ( dual energy X-ray absorbtiometri). Metode ini mengukur massa
tulang dipinggul, pergelangan tangan, tulang belakang, atau seluruh rangka dan
sering disebut scan tulang. Nilai massa tulang yang didapat dari pengukuran ini
disebut kerapatan mineral tulang. (BMD=bone mineral density), sedangkannam umum
untuk pengukuran tulang adalah densitometri tulang. Mesinscan terbaru bisa
melakukan scan scan tulang dalam beberapa menit, sementara model sebelumnyamemerlukan
waktu 20-30 menit, walaupun pengukuran menggunakan sinar-X, tingkat radiasinya
sangat kecil dari tingkat radiasi alami. Karenanya pengukuran bisa dilakukan
pada anak-anak dan ibu hamil, serta bisa
diulang bila diperlukan.
Massa
tulang juga bisa diukur dengan gelombang ultrasonik, caranya disebut peredaman
gelombang ultrasonik (BUA = broadband ultrasound attenuation). Cara ini biasa
digunakan untuk mengukur tulang tumit (tulan kalkanews), dan biasanya kaki
direndam dalam air. Cara ini tidak menggunakan radiasi, oleh karena itu sangat
aman. Namun cara ini belum banyak diuji seperti DXA dan para ahli berpendapat
bahwa cara ini perlu diuji lebih lanjut sebelum digunakan secara klinis.
D. Stadium Osteoporosis
1.
Pada
stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih
cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35
tahun.
2.
Pada
stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun
(osteopenia).
3.
Pada
stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau benturan ringan.
4.
Pada
stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat
patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan
depresi (Waluyo, 2009).
E.
Faktor Resiko Osteoporosis
Osteoporosis
dapat menyerang setiap orang dengan faktor risiko yang berbeda. Faktor
risiko Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak dapat
dikendalikan dan yang dapat dikendalikan. Berikut ini faktor risiko
osteoporosis yang tidak dapat dikendalikan:
1. Jenis kelamin
Kaum wanita mempunyai faktor risiko
terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan
kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya
dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
2. Usia
Semakin tua usia, risiko terkena
osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan
bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya
massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap
kalsium
3.
Ras
Semakin terang kulit seseorang,
semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia,
Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras
Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit
putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan
pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi
pada ras Afrika.
4.
Pigmentasi
dan tempat tinggal
Mereka yang berkulit gelap dan
tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena osteoporosis yang
lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub
seperti Norwegia dan Swedia.
5.
Riwayat
keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami
osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya
cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis.
6.
Sosok
tubuh
Semakin mungil seseorang, semakin
berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga seseorang yang memiliki
tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis
dibanding yang bertubuh besar.
7.
Menopause
Wanita pada masa menopause
kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak
lagi memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa
tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia,
akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang,
dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium
terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma
dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena
osteoporosis.
F.
Pencegahan osteoporosis
Pencegahan
pada osteoporosis tentu saja ialah menghindari faktor resiko atau penyebabnya.
Disamping itu, kita perlu melakukan hal-hal yang dapat memperkecil volume
terjadinya serangan osteoporosis sebagaimana berikut :
Untuk
mencukup kebutuhan kalsium, perlu perhatikan produk pangan yang disantap. Salah
satu sumber kalsium yang cukup baik adalah susu. Dua gelas susu sehari sudah
dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Sumber kalsium lainnya adalah ikan (terutama
yang dimakan beserta tulangnya), daging, unggas, telur, ayam, sayuran,
buah-buahan, dan kacang-kacangan.
2. Berhati-hati menggunakan obat
Obat
antasida yang umum dikenal sebagai obat anti sakit maag dapat menghambat
penyerapan kalsium. Penghambatan dipicu oleh magnesium dan alumunium hidroksida
yang mampu mengikat kalsium dan mengubahnya menjadi bentukan baru yang sulit
diserap. Obat cholesteramine yang lazim digunakan untuk mengikat asam empedu
agar terjadi penurunan kolesterol darah juga dapat menurunkan kadar kalsium
tubuh akibat pembuangan melalui urine.
3. Batasi Konsumsi Garam
Vitamin D diketahui mampu memelihara kesehatan tulang dengan
cara meningkatkan penyerapan kalsium dan sistem pencernaan, serta mengurangi
pembuangannya dari ginjal.
Penurunan
aktivitas fisik pada usia lanjut dapat menurunkan massa tulang. Oleh karena
itu, olahraga aktif secara rutin merupakan bentuk antisipasi terhadap penurunan
massa tulang. Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis
adalah sebagai berikut:
1.
Latihan
atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko
patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak mampu
menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik dan
joging.
2.
Latihan
atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepan dengan punggung
melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak boleh
melakukan sit up, meraih jari kaki, dan
lain-lain.
3.
Latihan
atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau
menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang
panggul dalam kondisi lemah.
Berikut ini latihan olahraga yang
boleh dilakuka n oleh penderita osteoporosis :
1.
Jalan
kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit, lima kali dalam seminggu. Ini
diperlukan untuk mempertahankan kekuatan
tulang. Jalan kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan
paru-paru.
2.
Latihan
beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat ”dumbble” kecil untuk
menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.
3.
Latihan
untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.
4.
Latihan
untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk dikursi,
dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan
punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat
punggung.
Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan
adalah latihan fisik yang bersifat
pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi osteoporosis dan patah tulang. Jangan lakukan senam segera
sesudah makan. Beri waktu kira- kira 1
jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam. Dianjurkan untuk berlatih
senam tiga kali seminggu, minimal 20 menit dan maksimal 60 menit. Sebaiknya
senam dikombinasikan dengan olahraga jalan secara bergantian, misalnya hari
pertama senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat jalan kaki, hari kelima senam,
hari keenam dan hari ketujuh istirahat. Jalan kaki merupakan olahraga yang
paling mudah, murah dan aman, serta
sangat bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkahkan salah
satu kaki kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan kaki 20-30
menit, paling sedikit tiga kali seminggu.dianjurkan berjalan lebih cepat dari
biasa, disertai ayunan lengan. Setiap latihan fisik harus diawali dengan
pemanasan untuk:
1. Menyiapkan otot dan urat agar
meregang secara perlahan dan mantap sehingga mencegah terjadinya cedera.
2. Meningkatkan denyut nadi,
pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit.
3. Menyelaraskan koordinasi gerakan
tubuh dengan keseimbangan gerak dan,
4. Menimbulkan rasa santai.
Lakukan selama 10 menit dengan jalan
ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut dan pinggul.
Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan
selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot
dan kemudahan gerakan sendi. Latihan ini
dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki Latihan
inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak yang bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga
mempunyai nilai latihan yang bermanfaat.
Utamakan gerakan, tarikan dan
tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang
paha, tulang panggul dan tulang pergelangan tangan.Kemudian lakukan juga
latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja yang
dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai dengan beban ringan
untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang belakang dan
tungkai sudah cukup memdai dengan beban dari tubuh itu sendiri.
Setelah latihan inti harus dilakukan
pendinginan dengan memulai gerakan peregangan
seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas secara teratur. Jika
masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit. Latihan ini merupakan gabungan peregangan,
penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi
nyaman, rileks dan napas yang teratur (Santoso, 2009).
5.
Bantu Dengan Obat
Jenis obat ini diantaranya adalah
estrogen, kalsitonin, biophosphonat, dan tetsosteron. Estrogen merupakan hormon
yang menurunkan jumlahnya dalam tubuh apabila wanita mengalami menopause.
G.
Pengobatan osteoporosis
Terapi
dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang untuk
mengurangi retak tambahan dan mengontrol rasa sakit. Untuk terapi dan
pengobatan osteoporosis sebenarnya memerlukan suatu tim yang terdiri dari
multidisipliner minimal antara lain departemen bedah, departemen penyakit
dalam, departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri dan
ginekologi, departemen farmakologi.
Penyakit
osteoporosis selain mempengaruhi tubuh, juga mempengaruhi kondisi psikis
penderitanya terutama akibat patah tulang sehingga terapi dan pengobatan
osteoporosis pun melibatkan spesialis kejiwaan. Tidak hanya itu, departemen
kedokteran olahraga juga diperlukan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis.
Untuk
mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan
mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang
mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin,
estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).
Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai
tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan
tulang akan berkurang secara perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus
dijaga sejak masih muda agar saat tuanya tidak menderita osteoporosis.
Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus
mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca
menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen
(biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat (golongan
bifosfonat) yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium
dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.Jika kadar
testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang
hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan
dilakukan terapi fisik. Penjepit punggung mungkin penting untuk mendukung
vertebra yang lemah dan operasi dapat memperbaiki bweberapa keretakan.
Pengobatan hormonal dan flouride dapat membantu. Penyakit osteoporosis yang
disebabkan oleh gangguan lain dapat dicegah melalui pengobatan yang efektif
pada gangguan dasarnya, seperti terapi kortikosteroid.
H. Pilihan obat osteoporosis
Beberapa
obat meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat kecepatan penghilang
tulang.
1)
Golongan bifosfonat
Biofosfonat oral untuk osteoporosis
pada wanita postmenopause khususnya, harus diminum satu kali seminggu atau satu
kali sebulan pertama kali dipagi hari dengan kondisi perut kosong untuk
mencegah interaksi dengan makanan. Golongan biofosfonat adalah riserdronate,
alendronate, pamidronate, clodronate, zoledronate, (zoledronate acid), asam
ibandronate.
Alendronat berfungsi mengurangi
kecepatan penyeraan tulang pada wanita pasca menopause, meningkatkan massa
tulang ditulang belakang dan tulang panggul, dan mengurangi angka kejadian
patah tulang.
2)
Selective esterogen receptor modulator
(SERM)
Obat ini berkhasiat meningkatkan massa
tulang tetapi tidak memiliki efek negatif dari esterogen, obat golongan SERM
adalah raloxifene.
3)
Metabolit vitamin D yaitu kalsitrioldan
alpha kalsidol
Metabolit ini mampu mengurangi resiko
patah tulang akibat osteoporosis.
4)
Kalsitonin
Obat ini bisa diberikan dalam benik
suntikan atau semprot hidung. Dosis rekomendasinya adalah 100 UI sehari, di
campur dengan 600 mg kalsium dan 400 UI vitamin D
5)
Strontium ranelate
Strontium ranelate meningkatkan
pembentukan tulang seperti prekursor osteoblas dan pembuatan kolagen,
menurunkan reseptor tulang dengan menurunkan aktifitas osteoklas.
I. Latihan fisik mencegah dan mengobati
osteoporosis
Pada osteoporosis,
latihan jasmani dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis.
Latihan menggunakan beban berguna untuk melenturkan dan menguatkan tulang.
Latihan jasmani sebaiknya dilakukan sejak muda dan terus dilanjutkan sampai
tua.
Latihan yang
artinya mengukur jumlah detak jantung per menit
untuk mengetahui intensitas latihan. Detak jantung per menit maksimum adalah 220 di kurangi usia. Satu hal yang tidak kalah penting
adalah latihan yang teratur dan berkesinambungan dari anak-anak sampai tua.
Persekutuan
osteoporosis indonesia (PEROSI) bersama
Persatuan Warga Tulang Indonesia(PERWATUSI) telah mengembangkan senem
osteoporosis yang untuk mencegah dan mengobati osteoporosis. Sosialisasi
mengenai senam osteoporosis ini pun sedang dilakukan.
J.Sediaan
obat-obat osteoporosis
1.
OSTEOFLAM
Komposisi :
Tiap tablet
salut mengandung:
Glukosamin HCL 250 mg
Kondroitin 200 mg
Vitamin C 25 mg
Mangnesium 5 mg
Zink 2,5 mg
Mangan 0,25 mg
MSM 350 mg
Khasiat dan
kegunaan:
Memelihara kesehatan
fungsi persendian.
Takaran
pemakaian:
Berat badan
diatas 55 kg: sehari 3x2 kaplet salut selaput
Berat badan
dibawah 55kg: sehari 3x1 kaplet salut selaput
2.
OSTELA
Komposisi:
Tiap kapsul mengandung:
Glukosamin HCL 250 mg
Kondroitin 200 mg
Vitamin C 25 mg
Mangnesium 5 mg
Zink 2,5 mg
Mangan 0,25 mg
Khasiat:
Memelihara kesehatan fungsi persendian
Cara pemakaian:
Berat badan
<55 kg : Sehari 3 kali 1 kapsul
Berat badan
>55 kg : Sehari 3 kali 2 kapsul
3.
OSTEOR PLUS
Komposisi :
Tiap tablet
salut mengandung :
Glukosamin
SO4 500 mg
Kondroitin
SO4 400 mg
Vitamin C 50 mg
Magnesium 10 mg
Zink 5 mg
Mangan 0,5
Selenium 10 mcg
MSM 350 mg
Kegunaan :
Memelihara
fungsi persendian
Dosis :
Dewasa , 1
kaplet 2-3 kali sehari
4. CALCIT
Komposisi :
Calcit 0,25 mcg
Indikasi :
a) Osteoporosi pasca monopause
b)Osteodostrofi
ginjal pada penderita gagal ginjal kronis
c) Hipoparatiroit
idiopatik
d)
Rakhitis karena defisiensi Vitamin D
Dosis :
Dosis optimal
per hari calcite harus di tentukan dengan hati – hati untuk setiap pasien
berdasarkan kadar kalsium di dalam serum. Pengobatan dengan calcite harus di
mulai dengan dosis kecil.
Osteoporosis
pasca monopause :
Dosis: 2 x 0,25
mcg/ hari
Kalsium serum
dan nilai kreatinin harus di periksa setelah penggunaan 4 minggu 3 bulan, 6
bulan, dan setelah itu setiap 6 bulan sekali.
Osteodistrofi
ginjal :
Dosis awal : 2
x 0,25 mcg/ hari
Pada pasien dengan kadar serum normal atau sedikit
menurun, dosis 0,25mcg setiap 2 hari sekali adalah memedai. Jika tidak ada
respon yang memuaskan pada parameter biokimia dan manifestasi klinik dari penyakit
yang di amati selam 2 – 4 minggu, dosis dapat dinaikan 0,25mcg/hari pada
interval 2 – 4 minggu.selama periode ini kadar kalsium serum harus diperiksa
minimal 2x/ minggu.
5 CALPOROSIS D 500
Komposisi :
Calcium
carbonate 500 mg
Vitamin D 100 iu
Indikasi :
1. Pencegahan dan
pengobatan gangguan metabolisme atau defisiensi kalsium rickets, osteomalasia
karena malabsorpsi, osteoporosis
2. Menunjang
kesehatan tulang dan gigi
3. Pencegahan
pengobatan difisiensi kalsium dan Vitamin D hamil dan laktasi
Dosis :
Dewasa 1 x sehari 1 kaplet
Anak usia lebih dari 6 tahun 1 x sehari 1/2 kaplet
6. OSTOVEL ( Novel
pharma )
Komposisi :
Kalsitriol 0,25mcg
Indikasi :
Osteoporos is
pasca monopause, osteopdistropik ginjal pada pasien dengan gagal ginjal kronis,
hipoparatiroidism, riketsia yang tergantung pada Vitamin D
Dosis :
Osteoporosis pasca monopause 0,25mcg/ hari, osteodistrofi
ginjal pada pasien dialysis awal 0,25mcg/hari dapat di tingkatkan sebesar
0,25mcg dengan interval 2 – 4 minggu, hioparatiroidisme dan ricketsia: awal
0,25 – 0,75mcg/ hari
7 ALEXANOL
Komposisi:
Natrium
alendronat 10 mg
Indikasi:
Osteoporosis pada pasca monopause
Dosis :
1. Tablet ( 10mg )
sekali sehari. Diminum dengan segelas penuh air putih minimal setengah jam
sebelum makan dan tetap dalam posisi duduk tegak minimal 30 menit.
Penggolongan Obat Analgetik Dan anti-inflamasi
Non Steroid
1.
Paracetamol
2.
Salisilat
: Asetosal, Salisilamida, dan Natrii salisilat
3.
Derivat
Para- Amino-Fenol : Fenasetin, Asetaminofen
4.
Derivat
Pirazolon : Aminofenazon, Dipiron, Fenilbutazon, Dan Turunan- turunannya
5.
Derivat
Antranilat : Glafenin, Asam mefenaminat
6.
Penghambat
Prostaglandin ( NSAIDs ) : Ibuprofen, piroksikam 10 mg dan 20 mg, meloksikam
7,5 daan 15 mg.
Efek
– efek Samping Umum :
1.
Kerusakan
lambung usus ( golongan. Salisilat dan P- aminofilin )
2.
Kerusakan
darah seperti leucopenia, agranulositosis, ( gol. Salisilat, P- aminofenol,
pirazolon, dan antranilat )
3.
Kerusakan
hati dan ginjal ( khusus derivate P- aminofenol )
DAFTAR PUSTAKA
1.
Tandi
Joni, 2010. Farmasi Klinik 1.STIFA,
Palu. Hal 258, 260,261,270
2.
Lane Nancy E, 2001. OSTEOPOROSIS. Oxford University Press,
Jakarta. Hal 3, 17, 25
3.
Tandra
Hans, 2009. Segala sesuatu yang harus
anda ketahui tentang Osteoporosis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal 27,
34, 35,
4.
Knight,
Alexander. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai
Osteoporosis dan Osteopenia. Indeks. Jakarta. Hal 10, 14, 15, 16
5.
Anonym,
2011.materi kuliah farmakoterapi dasar. STIFA-PM. Palu
6.
Anonim,
2006. ISO Indonesia. Volume 41. ISFI.
Jakarta
7.
Harkness,
Richard, 1989. Interaksi obat.
Penerbit ITB. Bandung.
8.
Anonim.
2008. Sehat dan Positif Untuk
Osteoporosis. Balai Kesehatan Bakti Husada. Jakarta.
9.
Compston
juliet, 2002. Seri kesehatan bimbingan dokter
osteoporosis. Dian rakyat. Jakarta.
10.
Tjay Hoan Tan, kirana Raharja, 2006. Obat-obat penting. Edisi VI.PT Elex
Medium Komputindo, gramedia. Jakarta.